Kisah Ash Habul Ukhdud
Rabu, 06 Juli  05 
Kisah ini terdapat di dalam shahih Muslim jilid 4/hadits no.  2005, dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wasallam bersabda,
"Ada seorang raja yang hidup sebelum kalian. Dia  mempunyai seorang tukang sihir. Tatkala tukang sihir tersebut usianya telah tua  renta, dia berkata kepada sang raja, "Sesungguhnya aku telah tua, maka  kirimkanlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir!" Maka dikirimlah  seorang pemuda kepadanya untuk diajari sihir.”
Dalam kelanjutan  kisah disebutkan bahwa pemuda tersebut dalam satu perjalananya bertemu dengan  seorang rahib, lalu dia berhenti di tempat rahib itu dan mendengarkan  penuturannya. Si pemuda merasa tertarik dengan sang rahib. Akhirnya setiap kali  berangkat ke tukang sihir dia selalu mampir di tempat si rahib. Si rahib  berkata, "Kalau kamu takut terhadap tukang sihir, maka katakan, "Keluargaku  telah menahanku (untuk berangkat)." Dan kalau kamu khawatir terhadap keluargamu  maka katakan, "Tukang sihir telah menahanku (untuk pulang)."
Pemuda  dengan Monster
Dalam suatu perjalanan, si pemuda melihat seekor  binatang yang sangat besar (monster), sedang menghalangi orang banyak. Maka  berkatalah pemuda itu, "Pada hari ini aku akan mengetahui apakah tukang sihir  yang lebih utama ataukah sang rahib. Ya Allah kalau apa yang disampaikan rahib  lebih Engkau cintai daripada yang diajarkan tukang sihir, maka bunuhlah binatang  ini, sehingga tidak mengganggu orang." Pemuda tersebut lalu melempar binatang  tersebut, sehingga mati. Maka orang-orang pun dapat lewat lagi dengan aman. 
Dia lalu menceritakan peristiwa tersebut kepada sang rahib, maka rahib  pun berkata, "Wahai anakku, sekarang engkau lebih utama daripada diriku, engkau  telah mencapai derajat yang aku impikan, dan sesungguhnya engkau nanti akan  menghadapi ujian. Jika ujian itu datang maka janganlah engkau menunjukkan  tentang diriku." Disebutkan bahwa pemuda tersebut mampu mengobati segala macam  penyakit, buta, tuli, dan berbagai jenis penyakit yang beraneka ragam. 
Dengan Seorang Buta
Salah seorang yang dekat dengan raja  -dan ia seorang buta- mendengar tentang pemuda itu. Dia menyiapkan hadiah yang  sangat banyak untuk pemuda tersebut. Dia pun berkata," Semua hadiah ini untukmu,  jika engkau dapat menyembuhkanku." Pemuda itu menjawab, "Sesungguhnya aku tidak  bisa menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan tidak lain adalah Allah  subhanahu wata’ala. Jika anda beriman kepada Allah, maka aku akan berdoa  kepada-Nya dan Dia akan menyembuhkan anda." Maka orang tersebut beriman kepada  Allah subhanahu wata’ala, dan atas kehendak Allah dia akhirnya sembuh  dari kebutaan.
Orang tersebut datang menghadap sang raja sebagaimana  biasanya. Sang raja heran lalu bertanya, "Siapa yang mengembalikan  penglihatanmu?". Dia menjawab, "Rabbku." Raja bertanya, "Apakah kamu mempunyai  Rabb selain aku?" Lalu dijawab, " Ya, Rabb saya dan Rabb paduka, yaitu Allah  subhanahu wata’ala."
Akhirnya sang raja menyiksa orang tersebut,  dan terus-menerus menyiksanya hingga akhirnya dia bercerita tentang pemuda yang  mengobatinya. Maka dipanggillah pemuda itu menghadap raja. Raja berkata, "Hai  anak muda, sungguh sihirmu telah mencapai tingkat dapat menyembuhkan orang buta  dan tuli, dan engkau dapat melakukan ini dan itu." Si pemuda menjawab,  "Sesungguh nya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun, hanya Allah lah yang  menyembuhkan."
Kemarahan Raja
Raja lalu menyiksa si  pemuda, dan dia terus menerus disiksa sehingga dia bercerita tentang sang rahib.  Maka dipanggillah sang rahib, lalu raja berkata, "Tinggalkan agamamu!" Namun  rahib itu menolak. Maka sang raja pun mengambil gergaji kemudian diletakkan  persis di pertengahan kepala sang rahib, lalu menggergajinya hingga terbelah  kepalanya lalu terjatuh di tanah. Kemudian orang dekat raja (yang sembuh dari  kebutaan) juga dipanggil, dan dikatakan kepadanya, "Tinggalkan agamamu." Namun  dia pun menolak, dan akhirnya dia mengalami hal yang sama sebagaimana si rahib,  digergaji kepalanya hingga terbelah.
Siksaan terhadap Pemuda 
Pemuda tersebut akhirnya dibawa menghadap sang raja, lalu dikatakan  kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Namun dia menolak. Sang raja lalu memerintahkan  agar pemuda tersebut dilemparkan dari puncak sebuah gunung.
Maka  dibawalah pemuda itu ke salah satu gunung. Sesampainya di atas puncak gunung  pemuda berdo’a, "Ya Allah cukupilah (tolonglah) aku dari mereka menurut  kehedak-Mu." Maka gunung tersebut bergetar, dan akibatnya orang-orang pun jatuh  terpelanting dari atas gunung, kecuali pemuda itu yang selamat. Lalu dia pulang  menemui sang raja dengan berjalan kaki. Raja pun bertanya, "Apa yang terjadi  dengan orang-orang yang membawamu? Pemuda menjawab, "Allah subhanahu  wata’ala telah mencukupi aku dari mereka."
Raja lalu memerintahkan  agar pemuda itu ditenggelamkan di tengah laut. Namun lagi-lagi, atas pertolongan  Allah subhanahu wata’ala dia selamat dari rencana itu, sedangkan  orang-orang yang akan mengeksekusinya justru yang tenggelam di laut. 
Pengorbanan Pemuda
Pemuda berkata kepada raja,  "Sesungguhya engkau tidak dapat membunuhku sebelum melakukan apa yang aku  perintahkan." Raja lalu bertanya, "Apa itu?" Pemuda itu menjawab, "Kumpulkan  manusia di suatu tempat, lalu saliblah aku di suatu batang pohon, kemudian  ambillah anak panah milikku, letakkan anak panah itu pada busurnya dan  ucapkanlah, "Dengan menyebut nama Allah, Rabb pemuda ini." Kemudian lepaslah  anak panah ke arahku, jika engkau lakukan itu, maka engkau dapat membunuhku." 
Singkat cerita raja menuruti perintah pemuda, dan sebelum membidikkan  anak panah, raja mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Rabb si Pemuda." Dan  ternyata benar, pemuda itu akhirnya meninggal. Maka orang-orang pun ramai-ramai  berkata, "Kami beriman kepada Rabb pemuda."
Betapa marahnya raja ketika  melihat orang-orang telah beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia  lalu memerintahkan untuk membuat parit, kemudian dinyalakan api di dalamnya.  Siapa saja yang tidak meninggalkan agamanya maka akan dilemparkan ke dalam parit  itu. (Dari sinilah mereka disebut ash-habul ukhdud, yakni orang-orang  yang menggali parit. Mereka adalah pembesar daerah Najran, Yaman, red) 
Para hulubalang berdiri di pinggir-pinggir parit itu, mereka menawarkan  kepada orang-orang, apakah memilih dilemparkan ke dalam parit ataukah mau  meninggalkan agama mereka. Dan siapa saja yang tidak meninggalkan agamanya maka  dia dilemparkan ke dalam parit yang menyala.
Di salah satu tepi parit,  ada seorang wanita yang sedang menggendong bayinya, dia sangat mengkhawatirkan  bayi itu, dia pun ragu-ragu. Namun tanpa diduga bayi itu berkata, "Wahai ibu,  bersabarlah, karena sesungguh nya engkau berada di atas kebenaran.” 
Beberapa Pelajaran
 
-  
Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fithrah , dan fithrah itu selalu sesuai dengan kebenaran dan menolak segala yang buruk.
 -  
Boleh berdusta untuk keselamatan dari tipu daya orang kafir, jika mengharuskan demikian.
 -  
Dengan fithrahnya si pemuda tahu bahwa yang benar adalah si rahib, namun dia ingin untuk menegakkan hujjah kepada kaumnya.
 -  
Berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar menampakkan mana yang haq supaya hilang keraguan.
 -  
Anjuran menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalanan dan menolong orang lain yang kesusahan.
 -  
Orang mukmin menisbatkan keutamaan (karamah) kepada Allah subhanahu wata’ala bukan kepada dirinya.
 -  
Mengakui keutamaan orang lain meskipun seorang anak kecil.
 -  
Setiap orang yang beramar ma'ruf nahi mungkar pasti akan menemui ujian dan wajib baginya untuk bersabar.
 -  
Orang yang salah jangan dibiarkan, namun harus diluruskan kesalahannya, terutama dalam masalah aqidah, sebagimana ucapan pemuda, "Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan, tetapi Allah lah yang menyembuhkan."
 -  
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala selalu memiliki orang-orang kuat, yang teguh pendiriannya dan tidak tergoyahkan oleh apa pun, meskipun berupa siksa yang menyakitkan.
 -  
Kebenaran pasti akan mendapatkan kemenangan.
 -  
Rela berkorban demi kepentingan dan kebaikan ummat.
 -  
Allah subhanahu wata’ala meneguhkan orang mukmin dengan hujjah serta menolong mereka dengan karomah, sebagaimana si bayi yang dapat berbicara.
 -  
Tempat kembali orang mukmin adalah surga setelah mereka mati, sedangkan bagi orang kafir adalah adzab Jahannam.
Sumber: “Min Badai’ al-Qashash an- Nabawi ash-Shahih,” Muhammad bin Jamil Zainu, hal 6-18.(Kholif) alsofwa.or.id 







0 komentar:
Posting Komentar