Selasa, Februari 14, 2012

Dokumentasi “14 Februari Hari Menutup Aurat”

Dokumentasi “14 Februari Hari Menutup Aurat”
Berikut ini adalah dokumentasi dan karya dengan tajuk “14 Februari Hari Menutup Aurat” yang dikumpulkan Fimadani dari berbagai sumber.

Victoria Park, Hongkong

hongkong
hongkong
hongkong
hongkong

Pulau Pinang, Malaysia





Selangor, Malaysia



Payakumbuah




Palu & Sulawesi Tengah




Pekanbaru, Riau




Bangkalan, Madura



Muslim UGM, Yogyakarta





Student Act (SA) Sekolahalam Bintaro



Fadilannisa


Nunuchan


Yudha Yuliardi


Zaphere Studio




http://www.fimadani.com/dokumentasi-14-februari-hari-menutup-aurat/

Senin, Februari 13, 2012

Rahasia Warna Langit Ketika Waktu Shalat

Posted by Sholat, Yuk! at 02:55

“Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah. Ini karena spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga kerana mereka beresonansi dengan alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan juga sebaiknya berhenti dahulu pada waktu ini (solat Maghrib dulu ). Rahasia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, frekuensi otot, saraf dan tulang.



Tahukah anda bahwa warna merah yang dipancarkan oleh alam ketika itu mempunyai resonansi yang sama dengan jin dan syaitan. Kita lebih baik untuk berada di dalam rumah pada waktu magrib ini.”

oooh pantesan… hawa setan ternyata.. Berikut hasil search lengkapnya :

1. Waktu Subuh
Suka perhatiin ga, kalau waktu selepas subuh apalagi menjelang siang, warna langit itu (kalau cerah) berwatna biru yang diselingi dengan merah (orange) yang dihasilkan oleh sinar mentari yang mau terbit.

Dalam islam tidur setelah subuh itu ga boleh gan karena akan ketinggalan rizki. Seperti Sabda Rasulullah,
“Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku di pagi harinya”
(HR. Abu Dawud no. 2606, Tirmidzi no. 1212, Ibnu Majah no. 2236, shahih
At-Targhiib waTarhiib no, 1693)

Selain itu, mengapa kita tidak dibenarkan tidur selepas subuh adalah karana warna biru mempertenagakan kelenjar tyroid. Bila kelenjar tyroid kita lemah seseorang itu akan mengalami masalah kehausan sepanjang hari.

Pada Waktu Subuh Alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisma tubuh. Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahasia yang berkaitan dengan rizki dan komunikasi. Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rizki.
Ini karena tenaga alam yaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang mesti berlaku dalam keadaan roh dan jasad dalam keadaan tidur dalam arti kata lain lebih baik terjaga daripada tidur. Disini juga dapat kita ambil hikmah untuk solat di awal waktu.

Bermulanya saat azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum. Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep resonansi pada waktu rukuk dan sujud. Jadi mereka yang terlewat Subuhnya sebenar sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.

2. Waktu Dzuhur
Ketika ini warna kuning mendominasi atmosfera. Mengurangi makan pada waktu kuning (siang hari) ialah amalan yang terbaik untuk menjaga supaya pemikiran menjadi kreatif, tajam, dan peka. Ini adalah mengapa kita amat digalakkan untuk melakukan puasa sunah Senin dan
Kamis untuk menggurangi beban kerja organ pencernaan.

Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Warna kuning ini mempunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan. Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Zuhurnya berulang- ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya.

3. Waktu Ashar
Kemudian warna alam akan berubah kepada warna orange, yaitu masuknya waktu Ashar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovarium dan testis yang merangkumi sistem reproduktif.

Rahasia warna orange ialah kreativitas. Orang yang kerap tertinggal Asar akan hilang daya kreativitasnya dan lebih malang lagi kalau di waktu Asar dipakai buat tidur.

4. Waktu Magrib
Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah. Ini karena spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga kerana mereka beresonansi dengan alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan juga sebaiknya berhenti dahulu pada waktu ini (solat Maghrib dulu ). Rahasia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, frekuensi otot, saraf dan tulang.

Tahukah anda bahwa warna merah yang dipancarkan oleh alam ketika itu mempunyai resonansi yang sama dengan jin dan syaitan. Kita lebih baik untuk berada di dalam rumah pada waktu magrib ini.

5. Waktu Isya
Apabila masuk waktu Isya, alam berubah ke warna merah dan seterusnya memasuki fasa Kegelapan. Waktu Isya ini menyimpan rahasia ketenteraman dan kedamaian dimana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak.

Mereka yang kerap ketinggalan Isyanya akan selalu berada dalam kegelisahan. Alam sekarang berada dalam Kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam dimana keseluruhan sistem
tubuh berada dalam keadaan relax / istirahat.

http://jamaahmasjid.blogspot.com/2012/02/rahasia-warna-langit-ketika-waktu.html

Sabtu, Februari 11, 2012

E-Book Sehari Di Kediaman Rasulullah

E-Book Sehari Di Kediaman Rasulullah

Ebook yang diambil dari kitab Sehari Di Kediaman Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, oleh : Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim ini adalah salah satu upaya memperkenalkan biografi dan seluk beluk kehidupan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dengan metode yang ringkas dan praktis. Kehidupan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah kehidupan yang penuh teladan bagi umat, acuan dakwah sekaligus sebagai pedoman hidup. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam adalah teladan dalam ketaatan, dalam beribadah dan berakhlak yang mulia. Teladan dalam bermuamalah yang baik dan dalam menjaga kehormatan dan kemuliaan. Cukuplah pujian Allah Subhannahu wa Ta'ala atas beliau sebagai buktinya, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)

Jumat, Februari 10, 2012

"Kalau dunia mau aman, maka pindahkan zionisme ke planet lain"

"Kalau dunia mau aman, maka pindahkan zionisme ke planet lain"

Gilad Atzmon Syafii Maarif
"Kalau dunia mau aman, maka pindahkan zionisme ke planet lain". Demikian kata-kata yang diucapkan Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.

Kata-kata itu diucapkannya ketika berpidato dalam peluncuran buku ‘Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme’, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Senin (6/2) malam.

Kata-kata itu didapati Buya, sapaan akrab Syafii Maarif, setelah berkenalan dengan Gilad Atzmon melalui pesan elektronik atau email. Gilad Atzmon adalah bekas serdadu angkatan udara Israel.

Dalam perkenalan itu, Buya terinspirasi oleh perjuangan Gilad yang juga keturunan petinggi militer Israel. Gilad, kata Buya, saat ini telah keluar dari 'kegelapan', yakni menjajah rakyat Palestina. "Ia (Gilad) memilih untuk hijrah ke London dan mengkampanyekan (membongkar) kekerasan yang dilakukan zionis kepada dunia," kata Buya.

Dalam perjalanannya itu, jelas Buya, Gilad menolak pemersatuan dua negara, antara Palestina dengan Israel. Sebab, kata dia, konsep tersebut tidak akan membawa dampak perdamaian bagi bangsa Palestina.

Selain itu, sambung Buya, Gilad juga memberi gambaran bahwa zionis itu berbeda dengan Yahudi. “Karena itu, paham anti-semitisme bukan berarti Yahudi,” kata Buya.

Menurut budayawan Indonesia, Franz Magnis Suseno, apa yang tertulis dalam buku Gilad Atzmon karya Ahmad Syafii Maarif itu dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi dunia. Sebab, kata dia, selama ini kita mengetahui dan mempersamakan zionis dengan Yahudi.

Frans juga sependapat jika konsep dua negara tidaklah akan membawa perubahan dan perdamaian.

"Israel tak pernah menunjukkan keseriusannya untuk menghentikan penjajahannya. Walaupun sudah banyak perjanjian damai dan juga resolusi dari PBB, namun Israel selalu mengindahkannya,” ungkap Frans.


----
- http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/02/07/lz12qb-terinspirasi-yahudi-syafii-maarif-enyahkan-israel-dunia-aman

- http://www.gilad.co.uk/

Kamis, Februari 09, 2012

Shallu ‘Alan Nabi


Apa yang Tuan pikirkan tentang seorang laki-laki berperangai amat mulia, yang lahir dan dibesarkan dicelah-celah kematian demi kematian orang-orang yang amat mengasihinya? Lahir dari rahim sejarah, ketika tak seorangpun mampu menguratkan kepribadian selain kepribadiannya sendiri. Ia produk ta’dib Rabbani (didikan Tuhan) yang menantang mentari dalam panasnya dan menggetarkan jutaan bibir dengan sebutan namanya, saat muaddzin mengumandangkan suara adzan.

Di rumahnya tak dijumpai perabot mahal. Ia akan makan dilantai seperti budak, padahal raja-raja dunia iri terhadap kekokohan struktur masyarakat dan kesetiaan pengikutnya. Tak seorang pembantunya pun mengeluh pernah dipukul atau dikejutkan oleh pukulannya terhadap benda-benda rumah.

Dalam kesibukannya ia masih bertandang ke rumah puteri dan menantu tercintanya, Fatimah Azzahra dan Ali bin Abi Thalib. Fathimah merasakan kasih sayangnya tanpa membuatnya jadi manja dan hilang kemandirian. Saat Bani Makhzum memintanya membatalkan eksekusi atas jenayah seorang perempuan bangsawan, ia menegaskan; “Sesungguhnya yang membuat binasa orang-orang sebelum kamu ialah, apabila seorang bangsawan mencuri mereka biarkan dia dan apabila yang mencuri itu seorang jelata mereka tegakkan hokum atas-nya. Demi Allah, seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, maka Muhammad tetap akan memotong tangannya.”

Hari-harinya penuh kerja dan intaian bahaya. Tapi tak menghalanginya untuk lebih dari satu dua kali berlomba jalan dengan Humaira, sebutan kesayangan yang ia berikan untuk Aisyah binti Abu Bakar Assidiq. Lambang kecintaan, paduan kecerdasan dan pesona diri dijalin dengan hormat dan kasih kepada Asshiddiq, sesuai dengan namanya “si Benar”. Suatu kewajaran yang menakjubkan ketika dalam sibuknya ia masih menyempatkan memerah susu domba atau menambal pakaian yang koyak. Setiap kali para sahabat atau keluarganya memanggil ia menjawab: “Labbaik”. Dialah yang terbaik dengan prestasi besar di luar rumah, namun tetap prima dalam status dan kualitasnya sebagai orang rumah”.

Di bawah pimpinannya, laki-laki menemukan jati dirinya sebagai laki-laki dan pada saat yang sama perempuan mendapatkan kedudukan amat mulia.”Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah orang terbaik diantara kamu terhadap keluargaku. Tak akan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan tak akan menghina perempuan kecuali seorang hina.” Demikian pesannya.

Disela 27 kali pertempuran yang digelutinya langsung (ghazwah) atau dipanglimai sahabatnya (sariyah) sebanyak 35 kali, ia masih sempat mengajar Al-Qur’an, sunnah, hukum, peradilan, kepemimpinan, menerima delegasi asing, mendidik kerumahtanggaan bahkan hubungan yang paling khusus dalam keluarga tanpa kehilangan adab dan wibawa. Padahal, masa antara dua petempuran itu tak lebih dari 1,7 bulan.

Setiap kisah yang dicatat dalam hari-harinya selalu bernilai sejarah. Suatu hari datanglah ke masjid seorang Arab gunung yang belum mengerti adab di masjid. Tiba-tiba ia kencing di lantai masjid yang berbahan pasir. Para sahabat sangat murka dan hampir saja memukulnya. Sabdanya kepada mereka : “Jangan, biarkan ia menyelesaikan hajatnya.” Sang Badui terkagum, ia mengangkat tangannya, “Ya Allah, kasihilah aku dan Muhammad. Jangan kasihi seorangpun bersama kami.” Dengan tersenyum ditegurnya Badui tadi agar jangan mempersempit rahmat Allah.

Ia kerap bercengkerama dengan para sahabatnya, bergaul dekat, bermain dengan anak-anak, Bahkan memangku balita mereka di pangkuannya. Ia terima undangan mereka: yang merdeka, budak laki-laki atau budak perempuan, serta kaum miskin. Ia jenguk rakyat yang sakit jauh di ujung Madinah. Ia terima permohonan maaf orang.

Ia selalu lebih dulu memulai salam dan menjabat tangan siapa yang menjumpainya dan tak pernah menarik tangan itu sebelum sahabat tersebut yang menariknya. Tak pernah menjulurkan kaki di tengah sahabatnya hingga menyempitkan ruang bagi mereka. Ia muliakan siapa yang datang, kadang dengan membentangkan bajunya. Bahkan ia berikan alas duduknya dan dengan sungguh-sungguh ia panggil mereka dengan nama yang paling mereka sukai. Ia beri mereka kuniyah (sebutan bapak atau ibu si Fulan). Tak pernah ia memotong pembicaraan orang, kecuali sudah berlebihan. Apabila seseorang mendekatinya saat ia shalat, ia cepat selesaikan shalatnya dan segera bertanya apa yang diinginkan orang itu.

Pada suatu hari dalam perkemahan tempur ia berkata: “Seandainya ada seorang saleh mau mengawalku malam ini”. Dengan kesadaran dan cinta, beberapa sahabat mengawal kemahnya. Di tengah malam terdengar suara gaduh yang mencurigakan. Para sahabat bergegas ke sumber suara. Ternyata ia telah ada disana mendahului mereka, tegak diatas kuda tanpa pelana, “Tenang, hanya angin gurun,” hiburnya. Nyatalah bahwa keinginan ada pengawal itu bukan karena ketakutan atau pemanjaan diri, tetapi pendidikan disiplin dan loyalitas.

Ummul Mukminin Aisyah ra. berkata: “Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan makanan apapun yang bisa dimakan makhluk hidup, selain setengan ikat gandum di penyimpananku. Saat ruhnya dijemput, baju besinya masih digadaikan kepada seorang Yahudi untuk harga 30 gantang gandum.”

Sungguh ia berangkat haji dengan kendaraan yang sangat sederhana dan pakaian tak lebih harganya dari 4 dirham, seraya berkata, “Ya Allah, jadikanlah ini haji yang tak mengandung riya dan sum’ah.” Pada kemenangan besar saat Makkah ditaklukkan, dengan sejumlah besar pasukan muslimin, ia menundukkan kepala, nyaris menyentuh punggung untanya sambil selalu mengulang-ulang tasbih, tahmid dan istighfar. Ia tidak mabuk kemenangan.

Betapapun sulitnya mencari batas bentangan samudera kemuliaan ini, namun beberapa kalimat ini membuat kita pantas menyesal tidak mencintainya atau tak menggerakkan bibir mengucap shalawat atasnya: “Semua nabi mendapatkan hak untuk mengangkat doa yang takkan ditolak dan aku menyimpannya untuk umatku kelak di padang mahsyar nanti.”

Ketika masyarakat Thaif menolak dan menghinakannya, malaikat penjaga bukit menawarkan untuk menghimpit mereka dengan bukit. Ia menolak, “Kalau tidak mereka, aku berharap keturunan di sulbi mereka kelak akan menerima dakwah ini, mengabdi kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.”

Mungkin dua kata kunci ini menjadi gambaran kebesaran jiwanya. Pertama, Allah, sumber kekuatan yang Maha dahsyat, kepada-Nya ia begitu refleks menumpahkan semua keluhannya. Ini membuatnya amat tabah menerima segala resiko perjuangan; kerabat yang menjauh, sahabat yang membenci, dan khalayak yang mengusirnya dari negeri tercinta. Kedua, Ummati, hamparan akal, nafsu dan perilaku yang menantang untuk dibongkar, dipasang, diperbaiki, ditingkatkan dan diukirnya.

Ya, Ummati, tak cukupkah semua keutamaan ini menggetarkan hatimu dengan cinta, menggerakkan tubuhmu dengan sunnah dan uswah serta mulutmu dengan ucapan shalawat? Allah tidak mencukupkan pernyataan-Nya bahwa Ia dan para malaikan bershalawat atasnya (QS.Al Ahzab: 56), justru Ia nyatakan dengan begitu “vulgar” perintah tersebut, “Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah atasnya dan bersalamlah dengan sebenar-benar salam.”

Allahumma shalli ‘alaihi wa’ala aalih!

Senin, Februari 06, 2012

Sebagaimana Engkau Menjalani Hidupmu Demikianlah Kondisimu Tatkala Ajal Menjemputmu…..!!!


Nabi shallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ

"Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi meninggalnya" (HR Muslim no 2878)

Berkata Al-Munaawi, أَيْ يَمُوْتُ عَلَى مَا عَاشَ عَلَيْهِ وَيُبْعَثُ عَلَى ذَلِكَ "Yaitu ia meninggal di atas kehidupan yang biasa ia jalani dan ia dibangkitkan di atas hal itu" (At-Taisiir bi Syarh Al-Jaami' As-Shogiir 2/859)

Para pembaca yang budiman… kita semua tahu bahwasanya kematian datang tiba-tiba…tidak peduli dengan kondisi seorang hamba apakah dalam keadaan ketaatan kepada Allah atau dalam keadaan sedang bermaksiat…, apakah dalam keadaan sakit ataupun dalam keadaan sehat… semuanya terjadi tiba-tiba…

Seorang penyair berkata :

تَزَوَّدْ مِنَ التَّقْوَى فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِي*** إِذَا جَنَّ لَيْلٌ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الْفَجْرِ

Berbekallah ketakwaan karena sesungguhnya engkau tidak tahu…

Jika malam telah tiba apakah engkau masih bisa hidup hingga pagi hari

وَكَمْ مِنْ صَحِيْحٍ مَاتَ مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ *** وَكَمْ مِنْ عَلِيْلٍ عَاشَ حِيْناً مِنَ الدَّهْرِ

Betapa banyak orang yang sehat kemudian meninggal tanpa didahului sakit…

Dan betapa banyak orang yang sakit yang masih bisa hidup beberapa lama

فَكَمْ مِنْ فَتًى أَمْسَى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا *** وَقَدْ نُسِجَتْ أَكْفَانُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِِي

Betapa banyak pemuda yang tertawa di pagi dan petang hari

Padahal kafan mereka sedang ditenun dalam keadaan mereka tidak sadar

وَكَمْ مِنْ صِغَارٍ يُرْتَجَى طُوْلُ عُمْرِهِمْ *** وَقَدْ أُدْخِلَتْ أَجْسَامُهُمْ ظُلْمَةَ الْقَبْرِ

Betapa banyak anak-anak yang diharapkan panjang umur…

Padahal tubuh mereka telah dimasukkan dalam kegelapan kuburan

وَكَمْ مِنْ عَرُوْسٍ زَيَّنُوْهَا لِزَوْجِهَا *** وَقَدْ قُبِضَتْ أَرْوَاحُهُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ

Betapa banyak mempelai wanita yang dirias untuk dipersembahkan kepada mempelai lelaki…

Padahal ruh mereka telah dicabut tatkala di malam lailatul qodar

Tentunya setiap kita berharap dianugrahi husnul khotimah… ajal menjemput tatkala kita sedang beribadah kepada Allah… tatkala bertaubat kepada Allah…sedang ingat kepada Allah… , akan tetapi betapa banyak orang yang berharap meninggal dalam kondisi husnul khotimah akan tetapi kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya…. Suul khootimah… maut menjemputnya tatkala ia sedang bermaksiat kepada Penciptanya dan Pencipta alam semesta ini…

Bagaimana mungkin seseorang meninggal dalam kondisi husnul Khotimah sementara hari-harinya ia penuhi dengan bermaksiat kepada Allah… hari-harinya ia penuhi tanpa menjaga pendengarannya… pandangannya ia umbar… hatinya dipenuhi dengan beragam penyakit hati… lisannya jauh dari berdzikir dan mengingat Allah…

Ingatlah para pembaca yang budiman… sesungguhnya seseorang akan dicabut nyawanya berdasarkan kehidupan yang biasa ia jalankan…

Berikut ini adalah kisah-kisah yang mencoba menggugah hati kita untuk membiasakan diri beramal sholeh sehingga tatkala maut menjemput kitapun dalam keadaan beramal sholeh :

Kisah Pertama: kisah seorang ahli ibadah Abdullah bin Idriis (190-192 H)

عَنْ حُسَيْن الْعَنْقَزِي قَالَ: لَمَّا نَزَلَ بِابْنِ إِدْرِيْسَ الْمَوْتُ بَكَتْ ابْنَتُهُ فَقَالَ: لاَ تَبْكِي يَا بُنَيَّة، فَقَدْ خَتَمْتُ الْقُرْآنَ فِي هَذَا الْبَيْتِ أَرْبَعَةَ آلاَف خَتْمَة

Dari Husain Al-'Anqozi, ia bertutur :

Ketika kematian mendatangi Abdullah bin Idris, maka putrinya pun menangis, maka Dia pun berkata: "Wahai putriku, jangan menangis! Sungguh, Aku telah mengkhatamkan al Quran dirumah ini 4000 kali" (Lihat Taariikh Al-Islaam karya Ad-Dzahabi 13/250, Ats-Tsabaat 'inda Al-Mamaat karya Ibnil Jauzi hal 154)

Kisah kedua : Kisah Abu Bakr bin 'Ayyaasy (193 H)

لما حضرت أبا بكر بن عَيَّاش الوفاةُ بَكَتْ أُخْتُهُ فقال : لاَ تَبْكِ اُنْظُرِي إِلىَ تِلْكَ الزَّاوِيَةِ الَّتِي فِي الْبَيْتِ قَدْ خَتَمَ أَخُوْكَ فِي هَذِهِ الزَّاوِيَةِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ أَلَف خَتْمَة

Tatkala kematian mendatangi Abu Bakr bin 'Ayaasy maka saudara perempuannya pun menangis. Maka Abu Bakrpun berkata kepadanya, "Janganlah menangis, lihatlah di pojok rumah ini, sesungguhnya saudara laki-lakimu ini telah mengkhatamkan Al-Qur'an di situ sebanyak 18 ribu kali" (Lihat Hilyatul Auliyaa' karya Abu Nu'aim 8/304 dan Taariikh Baghdaad 14/383)

Demikianlah para pembaca yang budiman…Ahli ibadah ini Abdullah bin Idris telah mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 4000 kali… Abu Bakr bin 'Ayyaasy telah mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 18 ribu kali…..semuanya demi menghadapi waktu yang sangat kritis ini… waktu untuk meninggalkan dunia ke alam akhirat yang abadi….

Kisah Ketiga : Kisah Aamir bin Abdillah Az-Zubair

Mush'ab bin Abdillah bercerita tentang 'Aamir bin Abdillah bin Zubair yang dalam keadaan sakit parah :

سمع عامر المؤذن وهو يجود بنفسه فقال: خذوا بيدي إلى المسجد، فقيل: إنك عليل فقال: أسمع داعي الله فلا أجيبه فأخذوا بيده فدخل مع الإمام في صلاة المغرب فركع مع الإمام ركعة ثم مات

'Aaamir bin Abdillah mendengar muadzin mengumandangkan adzan untuk shalat maghrib, padahal ia dalam kondisi sakaratul maut pada nafas-nafas terakhir, maka iapun berkata, “Pegang tanganku ke mesjid…!!” merekapun berkata, "Engkau dalam kondisi sakit !" , Diapun berkata,”Aku mendengar muadzin mengumandangkan adzan sedangkan aku tidak menjawab (panggilan)nya? Pegang tanganku…! Maka merekapun memapahnya lalu iapun sholat maghrib bersama Imam berjama'ah, diapun shalat satu rakaat kemudian meninggal dunia. (Lihat Taariikh Al-Islaam 8/142)

Inilah kondisi seorang alim yang senantiasa mengisi kehidupannya dengan beribadah sesegera mungkin… bahkan dalam kondisi sekarat tetap ingin segera bisa sholat berjama'ah…. Bandingkanlah dengan kondisi sebagian kita… yang tatkala dikumadangkan adzan maka hatinya berbisik : "Iqomat masih lama…., entar lagi aja baru ke mesjid…, biasanya juga imamnya telat ko'…, selesaikan dulu pekerjaanmu.. tanggung…", dan bisikan-bisikan yang lain yang merupakan tiupan yang dihembuskan oleh Iblis dalam hatinya.

Kisah Di masa Sekarang:

Pertama : Kisah Penumpang Kapal Mesir “Salim Express”

Laki-laki ini telah Allah selamatkan dari tenggelam pada kecelakaan kapal, “Salim Express” menceritakan kisah istrinya yang tenggelam dalam perjalanan pulang dari menunaikan ibadah haji. Orang-orang berteriak-teriak “kapal akan tenggelam” maka aku pun berteriak kepada istriku …“ayo cepat keluar!”

Dia pun berkata, “Demi Allah aku tidak akan keluar sampai aku memakai hijabku dengan sempurna.”

Suaminya pun berkata,” inikah waktu utk memakai hijab??? Cepat keluar! Kita akan mati”.

Dia pun berkata, “Demi Allah aku tidak akan keluar kecuali jika telah kukenakan hijabku dengan sempurna, seandainya aku mati aku pun akan bertemu Allah dalam keadaan mentaati-Nya”. Maka dia pun memakai hijabnya dan keluar bersama suaminya, maka ketika semuanya hampir tenggelam, dia memegang suaminya dan berkata, “Aku minta engkau bersumpah dengan nama Allah, apakah engkau ridho terhadapku?” Suaminya pun menangis. Sang istripun berkata, ”Aku ingin mendengarnya.” Maka Suaminya Menjawab, “Demi Allah aku ridho terhadapmu.” Maka wanita tersebut pun menangis dan berucap ”Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” senantiasa dia ulangi syahadat tersebut sampai tenggelam.

Suaminya pun menangis dan berkata, “Aku berharap kepada Allah agar mengumpulkan aku dan dia di surga”

Kedua : Kisah seorang tukang adzan (Muadzdzin)

Dia adalah seorang yang selama 40 tahun telah mengumandangkan adzan, tanpa mengharap imbalan selain wajah Allah. Sebelum meninggal ia sakit parah, maka dia pun didudukkan di atas tepat tidur. Dia tak dapat berbicara lagi dan juga untuk pergi kemasjid. Ketika sakit semakin parah diapun menangis, orang-orang disekitarnya melihat adanya tanda-tanda kesempitan di wajahnya. Seakan-akan dia berucap ya Allah aku telah beradzan selama 40 tahun, engkau pun tahu aku tidak mengharap imbalan kecuali dari Engkau kemudian akan terhalangi dari adzan di akhir hidupku?. Kemudian berubahlah tanda-tanda diwajahnya menjadi kegembiraan dan kesenangan. Anak-anaknya bersumpah bahwasanya ketika tiba waktu adzan ayah mereka pun berdiri di atas tempat tidurnya dan menghadap kiblat kemudian mengumandangkan adzan di kamarnya, ketika sampai pada kalimat adzan yang terkahir "laa ilaaha illallah” dia pun jatuh di atas tempat tidurnya. Anak-anaknya pun segera menghampirinya, mereka pun mendapati ruhnya telah menuju Allah.

Para pembaca yang budiman…jika kematian telah tiba maka seluruh harta dan kekuasaan yang telah kita usahakan dan perjuangakan dengan mengerahkan seluruh tenaga dan peras keringat akan sirna…

Kisah Khalifah Al-Ma'muun,

Ketika sakaratul maut mendatanginya diapun memanggil para tabib di sekelilingnya berharap agar bisa menyembuhkan penyakitanya. Tatkala ia merasa berat (parah sakitnya) maka ia berkata, "Keluarkanlah aku agar aku melihat para pasukan perangku dan aku melihat anak buahku serta aku menyaksikan kekuasaanku", takala itu di malam hari. Maka Khalifah Al-Makmuun pun dikeluarkan lalu ia melihat kemah-kemah serta pasukan perangnya yang sangat banyak jumlahnya bertebaran di hadapannya, dan dinyalakan api. (Tatkala melihat itu semua) iapun berkata, يَا مَنْ لاَ يَزُوْلُ مُلْكُهُ اِرْحَمْ مَنْ قَدْ زَالَ مُلْكُهُ “Wahai Dzat yang tidak akan pernah musnah kerajaannya… Sayangilah orang yang telah hilang kerajaannya…". Lalu iapun pingsan.

Kemudian datanglah seseorang disampingnya hendak mentalqinnya kalimat syahadah, lalu Khalafah Al-Makmuun membuka kedua matanya tatkala itu dalam keadaan wajahnya yang merah dan berat, ia berusaha untuk berbicara akan tetapi ia tidak mampu. Lalu iapun memandang ke arah langit dan kedua matanya dipenuhi dengan tangisan maka lisannya pun berucap tatkala itu, يَا مَنْ لاَ يَمُوْتُ اِرْحَمْ مَنْ يَمُوْتُ "Wahai Dzat Yang tidak akan mati sayangilah hambaMu yang mati", lalu iapun meninggal dunia. (Lihat Muruuj Adz-Dzahab wa Ma'aadin Al-Jauhar karya Al-Mas'uudi 2/56 dan Taariik Al-Islaam karya Adz-Dzahabi 15/239)

Kisah Khalifah Abdul Malik bin Marwaan:

Tatkala ajal menjemput Khalifah Abdul Malik bin Marwaan maka iapun memerintahkan untuk dibukakan pintu istana, tiba-tiba ada seorang penjaga istana yang sedang mengeringkan bajunya di atas batu, maka iapun berkata, "Siapa ini?", maka mereka menjawab, "Seorang penjaga istana". Maka iapun berkata, "Seandainya aku adalah seorang penjaga istana…". Ia juga berkata, "Seandainya aku adalah budak miliki seorang yang tinggal di pegunungan Tihaamah, lantas akupun menggembalakan kambing di pegunungan tersebut".

Diantara perkataan terakhir yang diucapkannya adalah,

اللَّهُمَّ إِنْ تَغْفِرْ تَغْفِرْ جَمًّا، لَيْتَنِي كُنْتُ غَسَّالاً أَعِيْشُ بِمَا أَكْتَسِبُ يَوْماً بِيَوْمٍ

"Yaa Allah, jika engkau mengampuniku maka berilah pengampunanMu yang luas, seandainya aku hanyalah seorang tukang cuci, aku hidup dari hasil penghasilanku sehari untuk kehidupan sehari"

Dan diriwayatkan bahwsanya tatkala Khalifah Abdul Malik bin Marwan sakit parah maka iapun berkata, "Keluarkanlah aku di beranda istana…", kemudian ia melihat megahnya kekuasaannya lalu iapun berkata, يَا دُنْيَا مَا أَطْيَبَكِ أَنَّ طَوِيْلَكِ لَقَصِيْرٌ وَأَنَّ كَبِيْرَكِ لَحَقِيْرٌ وَأَنْ كُنَّا مِنْكِ لَفِي غُرُوْرٍ "Wahai dunia sungguh indah engkau…, ternyata lamanya waktumu sangatlah singkat, kebesaranmu sungguh merupakan kehinaan, dan kami ternyata telah terpedaya olehmu". Lalu iapun mengucapkan dua bait berikut ini ;

إِنْ تُنَاقِشْ يَكُنْ نِقَاشُكَ يَارَبَّ عَذَابًا لاَ طَوْقَ لِي بِالْعَذَابِ

Jika engkau menyidangku wahai Robku maka persidanganMu itu merupakan sebuah adzab yang tidak mampu aku hadapi

أَوْ تَجَاوَزْتَ فَأَنْتَ رَبٌّ صَفُوْحٌ عَنْ مُسِيْءٍ ذُنُوْبَهُ كَالتُّرَابِ

Atau jika engkau memaafkan aku maka engkau adalah Tuhan Yang Maha memaafkan dosa-dosa seorang hamba yang bersalah"

(Lihat Mukhtashor Taariikh Dimasyq 5/88-89 dan Al-Kaamil fi At-Taariikh 4/238-239)

Para pembaca yang budiman…. Janganlah terpedaya dengan gemerlapnya dunia ini…

Rasulullah bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ

"Perbanyaklah kalian mengingat penghancur keledzatan", yaitu kematian (Dishahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam irwaa al-goliil 3/145)

Imam Al-Qurthubi berkata: "Ketahuilah sesungguhnya mengingat kematian menyebabkan kegelisahan dalam kehidupan dunia yang akan sirna ini, dan menyebabkan kita untuk senantiasa mengarah ke kehidupan akhirat yang abadi.

Seseorang tidak akan terlepas dari dua kondisi, kondisi lapang dan sulit, kondisi di atas kenikmatan atau di atas ujian. Jika ia berada pada kondisi sempit dan di atas ujian maka dengan mengingat mati akan terasa ringanlah sebagian ujian dan kesempitan hidupnya, karena ujian tersebut tidak akan langgeng dan kematian lebih berat dari ujian tersebut. Atau jika ia berada dalam kondisi penuh kenikmatan maka mengingat mati akan menghalanginya agar tidak terpedaya dengan kenikmatan tersebut" (At-Tadzkiroh 1/123-124)

Imam Al-Qurthubi juga berkata:

و كان يزيد الرقاشي يقول لنفسه : و يحك يا يزيد من ذا يصلي عنك بعد الموت ؟ من ذا يصوم عنك بعد الموت؟ من ذا يترضى عنك ربَّك بعد الموت؟ ثم يقول : أيها الناس ألا تبكون وتنوحون على أنفسكم باقي حياتكم؟ من الموت طالبه والقبر بيته والثرى فراشه والدود أنيسه وهو مع هذا ينتظر الفزع الأكبر يكون حاله؟ ثم يبكي حتى يسقط مغشيا عليه

Yazzid Ar-Ruqoosyi berkata kepada dirinya : "Celaka engkau wahai Yaziid, siapakah yang akan sholat mewakilimu jika engkau telah meninggal?, siapakah yang akan mewakilimu berpuasa setelah kematianmu?, siapakah yang mendoakan engkau agar Robmu meridhoimu setelah matimu?". Lalu ia berkata, "Wahai manusia, janganlah kalian menangisi diri kalian sepanjang hidup kalian, barangsiapa yang kematian mencarinya, kuburan merupakan rumahnya, tanah merupakan tempat tidurnya, dan ulat-ulat menemaninya, serta ia dalam kondisi demikian menantikan tibanya hari kiamat yang sangat dahysat maka bagaimanakah kondisinya?". Lalu iapun menangis dan menangis hingga jatuh pingsan. (Lihat At-Tadzikorh 1/124)

Kisah penutup :

Dari Abdullah putra Imam Ahmad bin Hambal berkata:

لَمَّا حَضَرَتْ أَبِي الْوَفَاةُ جَلَسْتُ عِنده وَبِيَدِي الْخِرْقَةُ لأَشُدَّ بِهَا لِحْيَيْهِ فَجَعَلَ يَعْرَقُ ثُمَّ يُفِيْقُ ثُمَّ يفتح عينيه ويقول بيده هكذا : "لاَ بَعْدُ" ففعل هذا مرةً وثانيةً، فلما كان في الثالثة قلت له : يَا أَبَةِ أَيُّ شَيْءٍ هَذَا قَدْ لَهَجْتَ بِهِ فِي هَذَا الْوَقْتِ تَعْرَقُ حَتَّى نَقُوْلُ قَدْ قُبِضْتَ ثُمَّ تَعُوْدُ فَتَقُوْلَ : لاَ، لاَ بَعْدُ. فقال لي : يا بُنَيَّ مَا تَدْرِي؟ قلتُ :لاَ، قال : إبليس لعنه الله قائم حذائي عَاضٍّ على أَنَامِلِهِ يقول لي : يا أحمدُ فُتَّنِي فَأَقُوْلُ لَهَ : لاَ بَعْدُ حَتَّى أَمُوْتَ

Tatkala kematian mendatangi ayahku maka akupun duduk disampingnya, dan di tanganku ada sepotong kain untuk mengikat dagu beliau (yang dalam keadaan tidak sadarkan diri). Maka beliaupun mencucurkan keringat lalu beliau tersadar dan membuka kedua mata beliau dan beliau berkata, "Tidak, belum…!" seraya menggerakkan tangan beliau (memberi isyarat penolakan). Lalu beliau melakukan hal yang sama untuk sekali lagi, kedua kali lagi. Dan tatkala beliau mengulangi hal ini (mengucapkan : "Tidak, belum..!, seraya menebaskan tangan beliau) untuk ketiga kalinya maka akupun berkata, "Wahai ayahanda, ada apa gerangan?, engkau mengucapkan perkataan ini dalam kondisi seperti ini?". Engkau mencucurkan keringat hingga kami menyangka bahwa engkau telah meninggal dunia, akan tetapi kembali engkau berkata, "Tidak, tidak…, belum…!". Lalu ia berkata, "Wahai putraku, engkau tidak tahu?", aku berkata, "Tidak". Ia berkata, "Iblis –semoga Allah melaknatnya- telah berdiri dihadapanku seraya menggigit jari-jarinya, dan berkata, "Wahai Ahmad engkau telah lolos dariku", maka aku berkata kepadanya, "Tidak, belum, aku belum lolos dan menang darimu hingga aku meninggal" (lihat Sifat As-Sofwah 2/357)

Kisah ini mengingatkan kepada kita bahwasanya pertempuran melawan Iblis dan para pengikutnya tidak pernah berhenti hingga maut menjemput kita. kita tidak boleh pernah lalai dan merasa telah mengalahkan Iblis, karena Iblis dan para pengikutnya akan senantiasa mengintai dan mencari celah-celah untuk menjeremuskan kita sehingga bisa menemaninya di neraka Jahannam yang sangat panas….!!!!, Maka wasapadalah selalu… melawan musuh yang melihatmu padahal engkau tidak melihatnya… musuh yang senantiasa mendatangimu dari arah depan, belakang, kanan, dan kiri sementara engkau dalam keadaan lalai…. Musuh yang sudah sangat berpengalaman dalam menjerumuskan anak keturunan Adam dengan berbagai metode dan jerat…. Hanya kepada Allahlah kita mohon keselamatan dari musuh yang seperti ini modelnya… walaa haulaa wa laa quwwata illaa billaaah

Saudaraku yang mulia…!!

Allah Yang Maha Mulia telah memberlakukan sunnatullahNya bahwasanya: “Orang yang hidup di atas sesuatu pola/model kehidupan maka ia pun akan mati di atas model tersebut, dan kelak ia akan dibangkitkan di atas model tersebut”

Siapkanlah dirimu menyambut tamu yang akan mendatangimu secara tiba-tiba…yaitu kematian, jangan sampai tamu tersebut menemuimu dalam kondisi engkau sedang bermaksiat kepada Robmu.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengamalkan ilmunya.

Madinah, 28 06 1432H / 31 05 2011M

Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

www.firanda.com

Kamis, Februari 02, 2012

Masihkah Anda Sombong Setelah Melihat Gambar ini?


Sungguh Maha Besar, Melihat Ciptaan-Nya saja Kita tidak mampu apalagi Melihat Allah SWT, Renungkanlah bahan bacaan di bawah ini semoga kita terhindar dari Perbuatan Sombong. Sesungguhnya kita Sangat Kecil di Mata ALLAH SWT.

Tim unikaneh.com mendapatkan beberapa gambar mengenai perbandingan ukuran bumi, diantara beberapa bagian di jagat raya ini.

Gambar menunjukkan besar bumi dibandingkan dengan planet2 yang ukurannya lebih kecil, yaitu : Venus, Mars, Mercury, dan Pluto.

Lalu kita lihat gambar di bawah ini…

Ini bumi dibandingkan dengan planet2 yang lebih besar.. Ada Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Selanjutnya…

Perhatikan Bumi apabila dibandingkan dengan Matahari.

Next…

Apabila dibandingkan dengan Arcturus, Matahari saja sudah terlihat sangat kecil, apalagi Bumi.

Sampai sini…

Dan disini matahari sudah tak terlihat, bagaimana dengan bumi..?

Dengan perbandingan diatas tadi, setidaknya kita menjadi sadar betapa kecilnya bumi, apalagi kita sebagai penghuninya. Terbayang jelas jagat raya yang sangat besar pada gambar skala-skala diatas. Bumi kita tidak kelihatan lagi di sini , bahkan matahari hanya sebesar debu.

Antares adalah bintang ke-15 yang paling terang di angkasa. Sebenarnya masih banyak yang lebih besar lagi dari Antares, tapi belum ada bukti dan bahkan satelit huble tercanggihpun belum bisa memotretnya.

Saya sempat berpikir juga… Siapakah kita…?
Layakkah kita sombong dihadapan ALLAH ?
Apakah tujuan hidup kita…?
Apa yang membuat hidup kita, manusia, berharga, mulia dihadapan ALLAH…?

Bumi saja yang menurut kalian besarnya cuma setitik, gimana kalian yang sangat kecil??? jadi.. tidaklah pantas manusia berjalan di atas muka bumi ini dengan sombong terhadap sesama makhluk Allah, apalagi berlaku sombong terhadap Penciptanya, Yang Maha Besar, Allah SWT.


http://votreesprit.wordpress.com/2012/01/20/masihkah-anda-sombong-setelah-melihat-gambar-ini/


http://www.youtube.com/watch?v=QGtCslmc_EY&feature=player_embedded